Rabu, 14 Januari 2009

Saat Sadar

Ibu...
Ternyata sakit itu rasanya sakit sekali ya, Bu
Sakit ini membawa jiwaku ke suatu sadar
Betapa mulianya engkau.
Tak adalah orang di dunia ini yang seberarti engkau, Bu
Maafkan aku, anakmu
Yang mungkin tak pernah bisa mengerti akan engkau

Andai kau tahu Ibu, malam ini aku mengingatmu.
Ingin sekali aku berada di sampingmu, di pangkuanmu
Mengungkap segala rasa sakit dan peluh hidup yang mendera
Menyatakan berjuta ma'afku
yang telah tersimpan lama di lubuk hati ini..

Ma'afkan durhakaku
Karena aku tak pernah bisa menjadi seperti harapanmu

Aku berjanji, do'aku untukmu tak akan pernah surut
Sampai akhir hidupku
Syukurku pada-Mu Ya Allah
Karena aku masih mempunyai ibu yang hidup di dunia ini

Ketika sakit, aku baru sadar
Aku sungguh butuh engkau, Ibu
Dan sekarang engkau tak ada disini

Sesal ini untuk diamku ketika engkau ada
Dan sesal ini untuk air mata yang selalu keluar sia-sia...

Berita dari Timur Tengah

…bukit ini telah menjadi saksi pertemuanku dengan Zelgav. Zelgav adalah temanku dari Tel Aviv. Kita sama-sama bersembunyi di lorong gua dalam bukit ini sewaktu tentara zionis itu melemparkan rudalnya. Seketika, kami berdua menyaksikan, bukit kini telah hancur. Tak ada lagi hijau rumput dan sepoinya angin. Kami membisu, dan Zelgav pun hanya dapat menatapku. Aku hanya pula dapat merasa bahwa dia sesungguhnya tidak menginginkan semua ini terjadi. Begitu pula aku. Itulah kali pertemuanku yang terakhir dengan Zelgav, satu-satunya insan Yahudi yang pernah kutemui yang benci akan bangsanya sendiri. Aku dan dia selalu berpikir, bisa nggak kita berdamai. Berdamai beriringan tanpa perselisihan. Hidup bertetangga dengan cinta, sebagaimana yang terjadi di luar sana. Aku, Ayyub, tak pernah minta dilahirkan disini, di tanah sengketa ini. Aku percaya kami semua lahir karena dan atas dasar cinta. Tapi, aku telah ada untuk bangsaku. Di tanah tumpah darah Abi dan Umi. Yang lalu menyaksikan dan menjalani hidup yang jauh dari kedamaian…”

Tanggal 27 Desember 2008, pembantaian warga sipil Palestina oleh tentara Zionis Israel marak lagi dikancah Internasional. Hari ini, tanggal 14 Januari 2009, sudah 19 hari warga Palestina yang tewas ada lebih dari 900 jiwa. Kebanyakan anak-anak dan ibu. Mengapa? Apa Zionis memang sengaja membunuh anak-anak dan kaum ibu? Jawabannya 99,99% Ya. Mereka begitu membenci umat islam. Yahudi adalah musuh Islam yang paling nyata, terbukti dengan selalu mengadakan perang terbuka, pintar membuat propaganda dan membolak balikkan fakta. Dan serangan berupa sedikit peluncuran roket Hamas, dijadikanlah mereka suatu santapan lezat. Mereka lapar dan haus akan realisasi arogansi. Mereka begitu tidak tahan untuk tidak menampakkan kreasi yang menurut mereka adalah kreasi hebat di mata dunia.

Sejak dulu, kaum Yahudi terkenal dengan kepicikannya, kelicikannya, arogansinya. Mereka begitu bernafsu untuk menguasai dunia, bahkan alam atau jagad raya. Mereka itu memang pintar untuk saat dan selama ini, tapi sayang sekali, mereka tidak cerdas. Kecerdasan mereka tidak pernah sinkron dengan seonggok daging yang bernama ‘hati’. Nurani mereka begitu hitam dan kosong. Mereka bukan bangsa yang cerdas dan kreatif. Apabila kita sadar, Yahudi adalah plagiat orang islam. Mereka meng-kopi ilmu yang dimiliki orang islam untuk menggapai kejayaan. Mereka adalah kaum yang suka membuat kerusakan di muka bumi, dan ini telah menjadi suatu hobi buat mereka. Kelicikan mereka sudah dibuktikan oleh nabi Muhammad SAW sendiri. Yahudi tak pernah mau diajak kompromi dan berdamai. Dan apabila mau pun, itu hanya suara di mulut semata. Ingkar janji tepatnya. Itulah mengapa bangsa Palestina tak pernah sudi membuat kesepakatan dan perjanjian dengan mereka. Kalau perang adalah suatu jalan, maka mereka akan berperang sampai titik darah terakhir.

Kebencian Yahudi terhadap umat islam, terutama bangsa Palestina, telah berkali-kali membuahkan sensasi yang benar-benar tak wajar untuk dapat dijadikan tontonan penduduk dunia pada abad 21 ini. Perang yang berlebihan, pembantaian pada bangsa Palestina telah menjadi ‘holocaust reversibel’. Mereka benci terhadap umat muslim. Mereka tidak terima akan keberadaan jejak orang Islam di tanah nenek moyang mereka. Ini adalah jawaban mengapa mereka begitu bernafsu menyerang warga sipil Palestina, terutama anak-anak dan kaum ibu. Betapa tidak, banyak anak-anak Palestina yang tewas adalah para penghafal Al Qur’an, sebagaimana kita tahu, mereka akan menjadi ilmuwan agama tentunya. Sedangkan kaum ibu, siapakah ibu? Beliau adalah yang melahirkan anak-anak titipan Allah. Apabila tak ada ibu, tentu tak akan ada lagi generasi penerus agama, bangsa, dan negara. Jelas sekali bukan?

Pembantaian, pembombardiran, nafsu mengusir dan mengenyahkan umat muslim telah menjadi prinsip yang mengakar kuat dalam jiwa para Zionis. Mereka merasa tak terkalahkan dan tak takut akan kecaman. Mereka selalu mempunyai alasan untuk dapat tidak dikatakan sebagai The Real Terrorist. Zionis berani membalikkan fakta. Tak hanya itu, bahkan mereka berani menolak ratusan point dalam resolusi PBB. Kutukan dunia yang seharusnya menjadi seperti air dingin, tetapi malah dijadikan bensin untuk membakar api emosi mereka.

Tapi saya percaya, Allah selalu menampakkan kebesaran-Nya…