Senin, 30 Juni 2008

TragEdi PiaLa Er0pa 2008

My dream didn’t come true…
Do you know what dream it was?
Aku sedikit agak lupa mendetailnya, tapi kurasa ini benar2 AmaziNg…!!
You don’t know what. So let’s check this one out!
Akhir juni 2008 jam 01.00 am, tau kan ada pa? mosok nggak tau…
Yak, betul!! Final Piala Eropa 2008 of course or tentunya.
Aku bangun sekaligus nyaur utang buat nelfon fitri (p3), soalnya udah janji.
Aku nyalain TV, tapi kok ayah ikutan nonton. Kuputusin buat nelfon jam 4-an ajah.
Wuhuey!! Regu pujaanku was too much brilliant. Éspaña….!! Go…!!
Udah dari zaman taon berapa aku emang nge-fans abis ma yang namanya ‘SPAIN’.
Dari keindahan negrinya, orang2nya, mpe El-Matador-nya. Serba keren deh pkoe.
In the thirteenth EURO, Éspaña bisa mpe Grandfinal, lengkap sudah bulan Juniku kali ini.
Tau nggak, banyak sekali hadiah. Mulai dari ketrima Farmasi UGM, ratusan ribu rupiahnya lika sama abah, nilai ujian yang keren,
jilbab indah dari faris, tiga kaset marawis dari Addthea Bogor, berakhirlah dengan kemenangan Éspaña.
It was a grace, mercy, ato apalah namanya..
Fernando Jose Torres Sanz… tanpa dia, nggak bakal lengkap itu semua. Dia bukan hanya pahlawan strikernya El-Matador,
Tapi juga pahlawanku hari ini!

Sehabis nonton final piala eropa, aku kembali ke kamar lalu nelfon p3 24 menit. Kita ngobrol banyak banget.
Habis nelfon, eh bisa-bisanya aku ketiduran. Belum sholat shubuh padahal. Aku kembali bangun jam 06.05 am,
Langsung sholat shubuh begitu sadar, astaghfirullah…
Dan dalam tidurku yang singkat 1,5 jam ini aku bermimpi. Mimpi yang ueedan pokoknya!

Gini ne critanya, sehari sebelum final EURO aku diajak ibu ke rumah budhe, dan rumahnya itu di Spanyol!!
Kata ibu, kita disana sekalian ziarah ke tempat para tabi’in di Granada dan Cordova.
Kita naik pesawat, sampai sana jam 8 malam. Kita menginap di rumah budhe yang megah ber-arsitektur ‘spain asli’ di daerah Madrid.
Dan aku langsung tertidur karena kecapean. P3 smz supaya aku nanti nelfon jam 01.00 buat nonton piala eropa via TV.
Aku nggak jadi nelfon p3 cuz aku denger ibu baca Al-Qur’an keras sekali tengah malem. Mendapati tim spanyol menang, aku jingkrak2.
Apalagi liat Torres yang sedang berfoto2 sama wartawan, aku jerit2 sendiri. Lalu dari jendela kamarku aku mendengar di luar ramai sekali.
Kuputuskan untuk tidur lagi. Di dalam tidur di mimpiku aku pun bermimpi pula, seperti berlanjut saja ceritanya…
Nah, di dalam anak mimpiku itu, aku keluar rumah karena di luar ramai sekali. Aku terus berjalan menyusuri deretan mobil-mobil yang diparkir.
Aku nggak percaya dengan apa yang kulihat… ‘Aku berada di depan pintu gerbang stadion sepak bola megah yang digunakan untuk final EURO 2008!’
Aku masuk, ternyata pertandingan sudah usai (makane rame banget)… aku ke balkon Spanyol. Aku mencari pemain2nya. Nggak ketemu2.
Akhirnya seorang PUYOL mendekati aku! Wowww… benarkah apa yang kulihat? Aku benar2 bertemu dengan pemain Éspaña…
Dalam hati, mungkin aku bermimpi. Kucubit-cubit tanganku. Sakit. Wah, ini nyata!!
Aku menyapa Puyol, dia tersenyum dan menawariku minum bersama lalu mengobrol. Mana mungkin kutolak…
Puyol orang yang sungguh baik pikirku, dia mau menghabiskan sedikit waktu buat menyenangkan penggemarnya kaya aku ini.
Lalu dia berkata, “Sebaiknya kamu jangan minum ini”. “Kenapa?”, timpalku. “Apa kamu nggak ngrasa beda? Ini mengandung alkohol.
Kamu nggak boleh minum alkohol, bukan?”, dia menjelaskan. “Hah…!”, bagaimana dia tahu…
Lalu aku tanya, “Apa pemain2 Éspaña nggak ada yang muslim satu pun?”. “Kurasa nggak ada”, jawabnya.
Dan aku menanya lagi, “Puyol, apa kira2 aku bisa bertemu dengan Torres?”. Dia mengernyit, “Torres? Tentu saja bisa. Sebentar lagi dia kemari. Nah lihat, itu dia…”.
Woooowww!! Benar saja. TORRES!! Aku tampar pipiku beberapa kali. Ini nggak mimpi. Ini sungguh nyata!
“Puyol, kita menang!”, sambarnya. “Iya, permainan bagus kawan…”. Dan mereka berpelukan. Aku menyaksikannya dengan penuh haru. “Brilliant…”, kataku.
“Lihat dia ingin bertemu denganmu. Kau jangan menyakitinya. Dia itu pembela tim kita”, Puyol berkata sembari mengedikkan kepala ke arahku.
“Oh ya?, hei mau jalan2 dengan kita? Ayo ikut.”, ajak Torres. Waaaah… “Wow, benarkah? Dengan sangat senang hati!!”, aku sangat bersemangat tentu saja.
Jarang2 ada moment kaya gini. Kita bertiga jalan2 ke suatu tempat di dekat rumah megah budheku sambil minum minuman kaleng, lalu duduk2 di suatu tempat duduk di taman.
Kulihat Torres sedang dengerin lagu di mp3. “Lagu apa itu?”, aku tanya tanpa canggung2. “Mau ikut denger? Nih…”, dia memberiku salah satu headsetnya.
Kok dia baik banget ya… “Hmmm… Coldplay ya… Cavalry Choirs…”, kataku. “Iya itu aku suka”, kata Torres. Loh, itu kan lagunya bumi kemaren. Aneh…
Puyol sibuk sendiri. Tiba2 aku tertarik dengan HP yang sedang dibawa Torres dengan tangan satunya. Bentuk Hpnya seperti mp3 yang dibawanya. Segi 4 kecil hitam.
Bentuk HP yang baru kulihat. Lucu. “Missedcall nomorku donk Torres. Mau ya, please…”, pintaku. “Boleh”, dan dia minta nomorku. “Nggak bisa, lihat…”, dia menyodorkan Hpnya dibawah hidungku.
Duh aku kecewa sekali. “Mmm… kalo gitu minta nomormu, mungkin pake telfon rumah bisa.”, lalu di mencatat nomornya di sebuah kertas yang dibawanya.
Aku terima, di kertas itu aku nemuin sebuah lirik lagu berbahasa Spanyol yang nggak aku pahami dan menyadarkanku akan suatu hal. Benar2 penggemar musik pikirku.
Aku baru sadar, dia kan orang spanyol, dan aku orang Indonesia. Bagaimana bisa kami bercakap-cakap sampe sejauh ini. Aneh sekali lagi!
Tapi aku selalu nggak meduliin keherananku. “Nah kami harus kembali ke balkon dulu, nanti banyak orang mencari kami. Benar kan Puyol?”, kata Torres.
“Yups, sampai di sini pertemuan kita ya. Senang bisa bertemu dan sedikit bermain2 denganmu disini”, kurang lebih itu yang ditambahkan Puyol.
“Hah… kalian mau pergi? Jangan deh nanti siang aja. Ayo mampir ke rumah dulu, deket kok dari sini”, pintaku. “Nggak bisa, kami udah terlalu lama. Kamu harus ngerti”, sanggah Puyol.
“Kalo begitu, boleh nggak aku minta kaos kalian, aku bakal bangga sekali kalo kalian mau memberinya”,dan juga sebagai bukti aku pernah bertemu Puyol dan Torres!
“Oh itu, ya tentu saja”, Torres dan Puyol meberikannya dengan Cuma2. Sungguh bintang yang murah hati…
“Tunggu di sini sebentar”, aku berlari ke rumah mengambil dua benda di almari, (entah apa aku nggak ingat, nggak jelas soalnya).
“Walopun Cuma kaya gini, aku akan bahagia bila kalian mau nerima… dan terima kasih buat semuanya…”, dan mereka pun pergi.
Terasa sedih tapi juga sangat bahagia. Aku benar2 nggak percaya aku pernah bertemu kedua pemain Éspaña itu.
Lalu aku nelfon p3, “Pit, aku sekarang di Spanyol habis nonton final EURO!!”, teriakku. Dan aku menceritakan seluruh kejadian yang aku alami dengan menggebu-gebu.
Lalu p3 nyadarin aku, “Spanyol? Bukane EURO di Austria?!!”. Hahh… tiba2 aku terbangun di rumah budheku di Madrid. Iya ya… aku memang nggak di Austria.
Ternyata aku mimpi… lalu aku kenapa aku di Spanyol? Aku mana punya budhe rumahe Spanyol? Ngaco…
Dan ketika aku tersadar lagi aku sudah berada di kamarku yang asli, tepatnya di rumahku batur, ceper!
Gilaks… apa-apaan ini… tapi itu tadi benar2 mimpi yang FantastiC, AmaziNg! Yang aku sesalkan benar2 terjadi.
Aku nggak jadi mamerin kaos Puyol dan El-Ñiño yang dipakainya di final piala eropa 2008 pada teman-teman. Kaos legendaris bagi mereka, berwarna merah dan putih..
Yah mimpi memang indah… tapi, My dream didn’t come true…!!!

Kamis, 26 Juni 2008

kLeidoSkop kemaRin

Lulus SMA… kata yang pertama keluar adalah, ‘akhirnya…’

Berbagai macam perasaan bercampur aduk di dalam sini, nggak tau tepatnya dimana.

Apalagi sewaktu perpisahan di Bus. Sulit membayangkan gimana kalo udah nggak ada
teman kaya gini lagi.

Aku tahu, aku sadar, ntar sewaktu kuliah aku nggak bakal mengalami kehidupan di sekolah kaya aku di SMA, SMP, ato SD malah. Aku tahu, nanti kehidupanku bakal
penuh dengan kemandirian. Belajar sendiri, mecahin persoalan-persoalan sendiri, berangkat kuliah sendiri, mencari apa-apa sendiri. Nggak ada teori tersisa,
penuh dengan praktek buat memimpin diri sendiri.

Di SMA ini aku berangkat sekolah pukul 07.00 pulang pukul 13.30, selalu bersama-sama anak-anak se-kost, begituuu setiap hari,
dan kalo minggu libur. Aku juga punya teman sebangku, Andrea, dia tempat ngobrol-ngobrol kalo lagi bosen ma suara guru, tempat aku menganiaya klo lagi gregeten, juga tempat ledek-ledekan. Lalu ada guru-guru yang mengajar di depan papan tulis dengan sabarnya. Waktu jam pertama Suro selalu berangkat telat, temen sebangkunya juga. Klo ada bab pelajaran selesai, suka di kasih ulangan, da soal yang gampang, sulit, mpe pada pingin ngepek.

Sewaktu kelas 2 dulu, aku inget, ulangan PPKN babnya minta ampun apalan semua gak ada nalar-nalarnya, aku dan andrea memutuskan buat njaplak. Dasar andre nggak canggih, dia hampir ketahuan gara2 bukunya buat njaplak jatoh.
Akhirnya aku yang genti ngepek, dia yang ngawasi gurunya. Ternyata aku canggih juga,
lebih cepat dan akurat daripada andrea. Begitu seterusnya, kalo ngepek diperlukan, yang ngepek aku, yang ngawasi guru andrea. Aku inget juga, waktu ulangan bab “Limit”, andrea blas nggak bisa ngerjain soal2nya, padahal sebangku beda. Aku yang udah dari tadi selesai, dia lum dapat satu soal pun. Akhirnya, apa mau dikata, akulah yang nyelesaiin soal2nya andrea. Gilakxss.. brarti aku ngerjain 20 soal. Hmmmph mana ada hal kaya gitu di kuliahan nanti…

Hal lain lagi yang aku nggak lupa dari SMA, sewaktu ngerjain soal kimia, fisika, matik yang sulit2 temen2 selalu nanya ke aku, nggak ragu mereka itu. Padahal aku ngrasa aku sendiri belum tentu bisa. tapi aku selalu senang bisa dapat tawaran karna kalo aku bisa mecahin soal, rasa-rasanya puas sekali, apalagi membantu teman yang kesulitan.

Sewaktu kelas dua aku tiap hari senin pulang sekolah, ada jadwal les di tempatnya pak Marso, guru fisika yang hehhh, sulit ditebak kemauannya. Dari sekolah aku bonceng andrea, kami selalu mapir ke warung dulu buat ngisi perut makan siang. Dan warung langganan kami adalah mie ayam pak Min. Wah mie ayam termurah yang pernah ku beli.
Bayangin aja, 5 ribu udah dapat mie ayam 2 sama es teh 2. Kelas 3 ini kita cuma kadang2 beli tuh mie ayam. Waktu aku lulus kuliah nanti, masih ada nggak ya bapak penjual mie ayamnya…

Waktu kuliah nanti, mana ada kehidupan yang demikian, kalo aku nggak bisa satu materi, aku bakal mengulang-ulang terus sampai bisa, nggak da teman bantu buat memanipulasi skill, nggak ada canda tawa kaya di SMA. Teman pun bakal beda pemikirannya, sulit buat nemuin yang sama.

Sewaktu perpisahan kemarin, akhirnya benar-benar terasa beratnya nglepas apa yang udah kita punya di SMA kemarin, di bus pada nyanyi sambil maenin gitar. Aku ikut menyanyi sesekali, merasakan suaraku berpadu,

Mungkin itu terakhir kali aku dengar suara-suara itu, suara teman-teman…

Saling menyalami adalah tanda bahwa kita benar-benar akan lepas… Sedih… itulah katanya.

Kamis, 12 Juni 2008

Bahagia itu seperti ini…

Hari ini aku merasa sangat bahagia.

Tadi pagi habis bangun tidur aku merasa sangat bugar (padahaL ga pernah olahraga…!).

Aku sarapan nasi goreng buatan ibu (yang rasanya nyam…nyam…nyam…terlezat buatku).

Aku rasa segala macam masakan ibu aku doyan. Cocok aja sama lidahku...,

Saat sarapan itu tiba-tiba ibu buatin teh manis, hangat, itu kegemaranku.

Ibu tau aja yang aku suka. Waktu aku kecil, apabila nangis dan lagi marah nggak ketulung

obatnya Cuma makan disuapi sama dibuatin teh kaya gitu tadi.

Dalam hati aku bersyukur masih mempunyai ibu, (yang slalu memohonkan kebaikan untukku…)

Celaka kalau aku sampai durhaka dan tidak bisa jadi anak sholehah.

Habis sarapan aku memutuskan mencuci sepeda motorku di depan rumah.

Saat aku mencucinya, aku bertemu tetangga-tetanggaku. Mereka seperti baru ngeliat aku aja

di kampung ini. Iya sih, aku emang jarang keluar rumah. Paling-paling ke masjid

sholat maghrib sama isya’. Sebenere aku pingin ikut kegiatan-kegiatan di kampung,

seperti jamaro, barzanji, sema’an al Qur’an hafidz dan hafidzoh, pengajian, dll. Tapi kok

kaya gak ada teman sebaya yang bisa diajak turut serta. Emang, hidup tanpa teman itu susah.

Bukannya aku nggak punya teman sih, tapi yang sebaya sama aku ini pada merantau

keluar kota nyari ilmu Allah, alias mondok di ponpes. Huhhh..., aku emang yang paling beda di sini.

Sekolah di sekolah umum. Ha8…

Tapi nggak masalah. Toh fisika, kimia, biologi juga ilmu Allah.

Alam raya ini di ciptakan oleh Allah tentu juga dengan perhitungan matematis.

Yang luar biasa dahsyat tentunya. Allah Maha Besar…!

Kembali pada aku nyuci motor tadi. Yang paling membuatku bahagia adalah

saat salah seorang tetanggaku namanya mas Anwar Kirom tersenyum dan menyapaku.

Sapaan dengan canda khasnya. Betapa bangga aku disapa olehnya.

Beliau adalah guru ngaji fiqihku sewaktu di madrasah dulu, ustadz. Mungkin udah bisa disebut kyai.

Yang aku suka dari sosoknya adalah beliau itu sebenarnya kaya raya, tapi penampilannya

begitu sederhana. Rendah hati, ya, itu kata yang tepat buatnya. Beliau hidup

dengan sangat menegakkan hukum islam. Keluarganya sungguh sangat islami.

istrinya seorang wanita yang sholehah, hafidzoh yang sangat hebat.

aku mengagumi semua itu.

Salah 1 yang paling aku inginkan hidup di dunia ini

dapat menjalin silaturrahmi/dekat dengan cendekiawan agama.

Pikirku, dengan begitu hidupku akan terkontrol,

dapat mengikuti jalan hidup mereka ke surga

Senin, 02 Juni 2008

sMp Q dulu..

disiNi akU mendapatkan temen2 terhebat yang pernaH ada. Tak ada
duanya meReka itu. Sebut aja,
ipah, iNdri, niNing, noviTa, pongjir, tYo, a'an, meiga, vivi, dlL..
mengapa kusebut hebaT?
kareNa mereKa sungguH unik,.
nggak terLalu dewasa... nggak juGa kekanak-kanakan...
memberiku arti daN kenangaN di kaLa remajaku, di sMp itu,
aku beNer2 ngrasain reMaja iTu kaya giMana.
sMp N 1 delanggu dg gedung tuanya (yang sekarang uda dirobaH).

pagi2 aku bersepeda saMa vivi & napi' ke besoLe,... di besoLe,
aku sama banyak temen laennya nunggu bis rimba bujang ato jaya putra.., (langganan).
turun di bangj0 dlanggu. kiTa berjalan kaki ke seKolah.
keLas 1 aku nggak pernah belajar!
tapi sLalu 10 besaR di kelas.,, aneH!
kelasku ini teramai dan gaduH seNdiri. Banyak guru jengkel kami buat.
tapi.. Kami sLalu bisa ngebuktiin klo kita anak2 yang hebaT!!
keLas 2 aku dapet juaRa 1 berulaNgkali.
pernah jadi juara umum maLah! aku sendiRi ga percaya., padahal belajarku amburadul, biasa banget.
prinsiPku waktu itu hanYa, "kLO mereka bisa knapa aku nggak???"!
banyak yang pingin ngalahin aKu di keLas, tapi nggak bisa2,, aku cuma bisa ktawa2 aja dalem haTi... (duh sombongnya..) lha mau gimana lagi,,
pelajaran sMp kan masi simpel n gampang2., astaghfirullaH...
waktu sMp aku suka sama seseoRang..
tanpa berani ngungkapin ke dia. perNah pacaraN jg sih.
qT sering janjian di pintu beLakang skolaH, but we never goT it!!
qT ga pnah ktemuan apalagi kencaN! beda kelas sih.
bodohnYa aku, aku nggak tau menciNtai orang tuw kya gmN. boDoh kl0 smpe harus pacaraN segala!!

KelaS 3 itu klimax remajaku.., banyak konflik tapi pnuh knangan sma temen2.
aKu sering tiduR di rumahe ipaH, ngapeli pak sYe (wali skaligus guru agaMa) di kantor maupun di rumahnye.
qT se-'gank' sering dolaN bareng2 tiap miNggu, latihan menari, dlL..
bener2 temen2 yang hebat.
waktu sMa qT uda ga kaya githu lg.., tapi kl0 ktemu,
tingkah laku kita tetep kaya biasanya, ga pernah ada dewasanYa..., hahaha...

akU inget terakhir kali mengiNjakkan kaki di gedung sekolah pada tahUn terakhirku.,
aku ngebawa maP biru tuA tanda kelulusan, kita se-'gank' berkuMpul di seraMbi TU.
bener2 keBersamaan dalam diAm., aKu mengucapkan sLamat tinGgal paDa teman-temaN...
so l0Ng... berjaLan kaki menuju bangj0, menjauh meninggalkan sekolaH dengan bermuram duRja.
sesekaLi menengok ke beLakang..,
tengokan terakhiR... (sLamat tinggal kisah laMa..)